Rabu, 18 Mei 2016

CETAK ROTOGRAVURE


Teknik Cetak Rotogravure banyak di pakai pada percetakkan kemasan rokok, makanan dan shopping bag, Teknik Cetak Rotogravure mempunyai beberapa keunggulan dibanding teknik cetak yang lain, yaitu mengenai kecepatan cetak yang sangat tinggi dengan hasil yang sangat bagus. Namun demikian Teknik Cetak Rotogravure ini termasuk memiliki ongkos yang tinggi untuk pembuatan satu silinder film, makanya kalau memakai Teknik Cetak Rotogravure ini harus mempunyai jumlah cetak yang besar dan sering cetak.



Rotogravure adalah salah satu teknologi dalam dunia percetakan. Rotogravure
Rotogravure adalah salah satu teknologi dalam dunia percetakan. Rotogravure sendiri dalam dunia grafika berarti cetak dalam. Atau dalam bahasa awam adalah teknologi cetak yang biasa digunakan untuk mencetak media yang terbuat dari bahan yang fleksibel (misalnya; berbagai jenis plastik, alumunium dan kertas serta PVC). Bahan yang akan dicetak adalah dalam bentuk rol atau gulungan. Hasil dari cetakan rotogravure tersebut tidak langsung dapat dinikmati oleh konsumen, tetapi harus melalui beberapa tahap, sbb (misalnya pembuatan kemasan makanan ringan anak-anak);
Plastik hasil cetakan dilaminasi terlebih dahulu dengan menempatkan rol yang telah dicetak ke mesin laminasi, kemudian plastik rol tersebut dilapisi dengan bahan perekat dan ditempelkan ke media lain berupa “metalize” (campuran antara bahan plastik yang dilapisi dengan alumunium).

Hasil rol yang telah dilaminasi kemudian dikeringkan (di “aging” terlebih dahulu.
Rol yang telah dikeringkan kemudian dibawa ke mesin “slitter”, untuk memotong gulungan panjang dan lebar menjadi ukuran tertentu sesuai dengan pesanan dari produsen makanan ringan tersebut. Jenis cetak semacam ini biasa di sebut flexible packaging, karena memakai beberapa jenis plastik yang tipis atau disebut juga OPP Film dan dipakai untuk kemasan makanan dan minuman.




Keterangan :
A : Inks Camber
B : Film Cylinder
C : Impression Cylinder
D : Material Cetak / Substrate (Kertas, OPP Film, Plastik Dan sebagainya)
E : Dokter Blade




Proses tersebut diatas hanya gambaran singkat saja, dibalik itu masih banyak sekali teknologi yang digunakan dalam dunia rotogravure untuk menghasilkan suatu kemasan. Mulai dari desain, pembuatan tabung silinder dari besi, pelapisan tembaga, pembuatan gambar diatas silinder besi yang telah dilapis tembaga, pelapisan chrome, pencetakan, inspeksi, laminasi, slitting (pemotongan), pembuatan kantong (kalau memang ordernya terkirim bentuk kantong) serta masih banyak lagi proses didalamnya.
Karena dalam prosesnya merubah bentuk bahan dasar menjadi bahan jadi, biasanya proses ini dinamakan proses “converting” atau dengan kata lain adalah “converting industry”

Adapun beberapa contoh sehari-hari dari hasil converting adalah, sebagai berikut;
1. Kemasan mi instan
2. Kemasan obat-obatan (selain kapsulnya dan syrup serta tetes mata)
3. Kemasan makanan ringan
4. Kemasan label botol air mineral dan air isotonik (dinamakan shrink label)
5. Tutup gelas minuman air mineral dll (lid cup)
6. Dan sejenisnya



Rotogravure dapat juga digunakan untuk memproduksi majalah, folding box, gift wrapp dan label minuman yang dengan peralatan khusus dapat dikerjakan in line. Kelebihan rotogravure dibandingkan dengan proses printing lainnya adalah dapat digunakan untuk mencetak dalam roll dengan lebar mulai dari 20 cm (labeling)hingga 1100 cm (floor vinyl) dengan panjang lebih dari 5000 mtr tergantung material yang digunakan. Demikian juga jenis material yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari plastik film 12mc hingga karton 320 gsm. Sedangkan kelemahan dari rotogravure adalah, kualitas gambar tidak setajam offset dan teks terbentuk dari susunan dot..


TEORI DAN KONSEP TEKNOLOGI ICT, LANDASAN HISTORIS PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN, PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN KAWASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN



A.    PENDAHULUAN
Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan permesinan, namun sesungguhnya teknologi pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977). Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya.            Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan,melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia. (AECT, 1977). Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya teknologi pendidikan lahir dari adanya permasalahan dalam pendidikan. Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu/ kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan.
B.    TEORI DAN KONSEP TEKNOLOGI ICT
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information Communication and Technology (ICT) di era globalisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam mendukung efektifitas dan kualitas proses pendidikan. Isu-isu pendidikan di Indonesia seperti kualitas dan relevansi pendidikan, akses dan ekuitas pendidikan, rentang geografi, manajemen pendidikan, otonomi dan akuntabilitas, efisiensi dan produktivitas, anggaran dan sustainabilitas, tidak akan dapat diatasi tanpa bantuan TIK. Pendidikan berbasis TIK merupakan sarana interaksi manajemen dan administrasi  pendidikan, yang dapat dimanfaatkan baik oleh pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta didik dalam meningkatkan kualitas, produktivitas, efektifitas dan akses pendidikanSecara sederhana Elston (2007) membedakan antara Teknologi Informasi (IT) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), yaituIT as the technology used to managed information and ICT as the technology used to manage information and aid communication”. Teknologi Informasi digunakan untuk mengelola informasi sedangkan ICT adalah teknologi yang digunakan untuk mengelola informasi dan komunikasi.Dalam praktek di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, ICT meliputi komputer, laptop, network komputer, printer, scanner, video/DVD player,  kamera digital, tape/CD, interactive whiteboards/smartboard. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa peran ICT adalah sebagai enabler atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi ICT merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.Morsund dalam UNESCO (2003) mengemukakan cakupan ICT secara rinci yang meliputi sebagai berikut:1.      piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas telekomunikasi
2.      mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer
3.      perangkat proyektor / LCD
4.      LAN (local area network) dan WAN (wide area networks)
5.      Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit telekomunikasi dan serat optik
6.      mesin komputer dan robot
UNESCO telah mengidentifikasi  4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :1.    Tahap emerging; yaitu perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga kependidikan mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk pengadaan sarana dan prasarana (supporting work performance)
2.    Tahap applying; yaitu perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum (enhancing traditional teaching)
3.    Tahap infusing; yaitu melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi. Pendidik dan tenaga kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana TIK mengubah produktivitas professional (facilitating learning).
4.    Tahap Transforming; yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi. Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating innovative learning environment) melalui TIK..
Peranan ICT dalam Manajemen dan Pembelajaran di SekolahSecara umum, penggunaan ICT dalam pendidikan dideskripsikan sebaai berikut:1.    ICT sebagai objek pembelajaran yang kebanyakan terorganisir  dalam kursus-kursus spesial. Apa yang dipelajari tergantung pada bentuk pendidikan dan level siswa. Pendidikan ini mempersiapkan siswa untuk menggunakan ICT dalam pendidikan, keterampilan masa depan dan dalam kehidupan sosial.
2.    ICT sebagai ”alat bantu (tool)”, yaitu digunakan sebagai alat, misalnya ketika membuat tugas-tugas, mengumpulkan data, dan dokumentasi dan melaksanakan penelitian. Umumnya ICT digunakan dalam memecahkan permasalahan secara independen.
3.    ICT sebagai medium proses pembelajaran, dimana guru dapat mengajar dan murid dapat belajar.
4.      ICT memiliki potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan khususnya di bidang pendidikan. Rencana cetak biru ICT Depdiknas, paling tidak menyebutkan tujuh fungsi TIK dalam pendidikan , yaitu sebagai:
·     sumber belajar
·     alat bantu belajar
·     fasilitas pembelajaran
·     standard kompetensi
·     sistem administrasi
·     pendukung keputusan
·     sebagai infrastruktur.
Inovasi perlu diciptakan pada fungsi-fungsi tersebut agar implementasi dari ICT dapat memenuhi tujuan pendidikan dan dapat mengembangkan mutu pendidikan, misalnya dengan adanya Learning Management System (LMS) yang memungkinkan pembelajaran dilakukan secara online sehingga pendidik serta tenaga didik dituntut untuk dapat menggunakan teknologo secara efektif dan efesien sesuai dengan ajas manfaatnya. Dan pengelolaan evaluasi akhir siswa secara online. Maksudnya adalah, Siswa dapat melihat hasil belajar mereka di setiap akhir semester pada web sekolahnya. Dengan dapat memamfaatkan web sekolah para orang tua murid juga dapat dengan mudah melihat perkembangan putra-putrinya selama pembelajaran di sekolah
C.    LANDASAN HISTORIS PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
A.         Sejarah Perkembangan TIK
Perkembangan peradaban manusia diringi dengan perkembangan cara penyampai informasi (yang selanjutnya dikenal dengan istilah teknologi informasi).Ada tiga sejarah perkembangan TIK:1.    Masa Prasejarah ( < 3000 SM)
TIK sebagai sistem untuk pengenalan bentuk-bentuk yang mereka kenal, mereka menggambarkan infomasi yang mereka dapatkan pada dinding gua, tentang binatang buruannya. Kemampuan mereka dalam berbahasa hanya berkisar pada bentuk suara dengusan, dan isyarat tangan sebagai bentuk komunikasi mereka pada masa ini.2.    Masa Sejarah (3000 SM – 1400-an M)
Teknologi informasi masih digunakan untuk kalangan-kalangan tertentu dan terbatas, digunakan pada saat saat khusus, dan harganya cukup mahal. Pertama tulisan digunakan oleh bangsa sumeria dengan menggunakan simbol-simbol yang dibentuk dari pictograf sebagai huruf.3.    Masa Modern (1400-an M – Sekarang)
Samuel Morse mengembangkan telegraf dan bahasa kode Morse bersama Sr William Cook dan Sir Charles W yang dikirim secara elektronik antara dua tempat berjauhan melalui kabel yang menghubungkan kedua tempat tersebut.pengiriman dan penerimaan informasi ini mampu dikirim dan diterima pada saat yang hampir bersamaan waktunya.
Kemajuan teknologi pada masa modern yang berkembang saat ini yaitu dengan ditemukannya komputer. Dengan teknologi komputer kegiatan pembelajaran dapat menggunakan komputer sebagai alat bantu dan sistem pembelajaran berbasis TIK.
D.   PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN & TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Teknologi PendidikanDalam arti luas menurut Association for Educational communication and Technology (AECT) adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari problem solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.Dalam konteks pendidikan yang lebih umum, ataupun hanya PBM, teknologi pendidikan merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian system, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia. Dengan demikian aspek-aspeknya meliputi pertimbangan teoritik yang merupakan hasil penelitian, perangkat dan peralatan teknis atau hardware, dan perangkat lunaknya atau software. Aspek-aspek tersebut difungsikan untuk mendesign, melaksanakan penilaian pendidikan, dengan pendekatan yang sistematik.Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum. Pengertian teknologi yang utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses tersebut menggunakan dan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Produk yang digunakan dan atau dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem.Jadi dalam pengertian umum tentang teknologi, alat, atau sarana baru yang khusus diperlukan tidak menjadi syarat yang mutlak harus ada, karena alat atau sarana itu telah ada sebelumnya.Objek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia baik pribadi maupun yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan ataupun pelatihan. Belajar itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan.Pengertian lain dari teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu pemecahan masalah yang menyangkut semau aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didisain dan dipilih atau digunakan untuk keperluan belajar, sumber- sumber belajar ini diidentifikasi sebagai pesan,orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar lingkungan. Di samping itu juga, teknologi pendidikan mempunyai pengertian cara yang sistematik dalam disain, penerapan dan evaluasi proses belajar atau mengajar secara keseluruhan untuk mencapai tujuan instruksional yang spesifik, berdasarkan pada penelitian teori,komunikasi dan penggunaan secara kombinasi dari berbagai sumber manusia dan non manusia untuk memperoleh efektivitas pengajaran.Konsep teknologi yang telah dibahas tadi sebetulnya dapat diterapkan bagi berbagai disiplin ilmu. Untuk kebutuhan dasar manusia, kita mengenal teknologi pangan dan teknologi penyehatan lingkungan. Di bidang industri ada teknologi perkapalan, teknologi industri itu sendiri, sedang pada ilmu murni kitamengenalbioteknologi,danistilahDNA. Dunia pendidikan juga mengenal dan menerapkan teknologi pendidikan, Berbagai pandangan mengenai konsep definisi teknologi pendidikan sudah diajukan para pakar. Berikut konsep-konsep dari Percival & Ellington dan pakar-pakar dari AECT, 1977 dan 1994.Teknologi Pendidikan menurut Percival & Ellington, 1984 (Inggris)
1. Istilah penting tentang teknologi pendidikan, proses belajar, kondisi belajar, keefektifan, efisiensi dan empirik.2. Lembaga teknologi pendidikan di Inggris yaitu CET for UK, dan NCPL UK Pada halaman 19 – 20 dari buku tentang “Educational Technology”, mereka mengutip definisi Council for Educational Technology for the UK, yang menjabarkan teknologi pendidikan sebagai pengembangan, penerapan dan evaluasi atas sistem, tehnik, serta alat bantu untuk meningkatkan proses belajar (manusia). Selain definisi ini, mereka juga mencantumkan definisi yang berasal dari National Centre for Programmed Learning, UK. Definisi tersebut berbunyi antara lain “teknologi pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah mengenai belajar dan kondisi belajar untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi pengajaran dan pelatihan. Jika tidak ada temuan atau prinsip ilmiah, maka teknologi pendidikan menggunakan tehnik teruji secara empirik untuk meningkatkan proses belajar”.
Mereka berpendapat pola terapan teknologi pendidikan terjadi berupa proses berulang dan pendekatan sistem sebagai alur berpikir dalam merancang situasi mengajar / belajar dan memanfaatkan metode atau tehnik apa saja yang dianggap sesuai untuk pencapaian tujuan belajar. Pendekatan sistem diharapkan agar dapat diselaraskan dengan rancangan materi dan luwes terhadap perkembangan terbaru proses belajar serta kemajuan di bidang pendekatan mengajar / belajar berikut metodenya.
Definisi Teknologi Pendidikan / Instruksional menurut Association for Educational Communications and Technology atau AECT (Amerika Serikat)1. Kutipan konsep-konsep dari Seels & Richey, organisasi AECT.2. Istilah-istilah mengenai teknologi instruksional, bidang garapan, psikologi belajar, sumber belajar, evolusi. Organisasi profesi teknologi pendidikan tertua ini berulang kali merumuskan batasan yang memadai mengenai teknologi pendidikan. Beberapa definisi yang dianggap kokoh dan permanen diantaranya adalah definisi yang diluncurkan oleh Komisi khusus AECT tahun 1977 dan definisi yang diluncurkan oleh Seels & Richey tahun 1994 dan masih disponsori oleh organisasi profesi ini. Berikut rinciannya.
Rumusan tahun 1972
“Teknologi pendidikan sebagai bidang garapan yang terlibat dalam penyiapan fasilitas belajar (manusia) melalui penelusuran , pengembangan, organisasi, dan pemanfaatan sistematis seluruh sumber- sumber belajar; dan melalui pengelolaan seluruh proses ini”. Definisi di atas diambil dan disarikan dari rumusan sebelumnya, yaitu tahun 1963, 1970, dan 1971. Sewaktu merumuskan definisi tadi, para pakar menyatakan teknologi pendidikan sebagai bidang garapan. Mereka berusaha mencari peluang keahlian yang dapat dijadikan sebagai ‘pekerjaan’ dan mengembangkan keahlian tersebut berdasarkan pengalaman kerja yang diperoleh.

Rumusan tahun 1977Tahun 1977 AECT membedakan dua rumusan teknologi pendidikan dengan teknologi instruksional. Berikut uraiannya.
(1). teknologi pendidikanDefinisi teknologi pendidikan berbunyi, “..... proses yang rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian menggunakan, mengevaluasi, dan mengelola seluruh upaya pemecahan masalahnya yang termasuk dalam seluruh aspek belajar (manusia)”.(2). teknologi instruksional
Teknologi instruksional ialah “satu bagian dari teknologi pendidikan – dengan asumsi sebagai akibat dari konsep instruksional sebagai bagian pendidikan – bersifat rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian menerapkan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah pada situasi dimana proses belajar terarah dan terpantau”. Rumusan tersebut mengandalkan teknologi pendidikan sebagai suatu proses – kegiatan berkesinambungan, dan merinci kegiatan yang harus dilaksanakan oleh para praktisinya.
Rumusan tahun 1994.
Setelah 17 tahun menerapkan konsep yang sama, akhirnya AECT melalui 2 anggotanya meluncurkan definisi terbaru. Rumusan tersebut berbunyi, “teknologi instruksional merupakan teori dan terapan atas rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi atas proses dan sumber- sumber belajar”.
Kajian atas perubahan rumusan menghasilkan beberapa perdebatan dengan alasan logis. Kajian tersebut yaitu mengenai : (1). Perbedaan definisi tahun 1977 dan 1994.
Dengan memperhatikan format rumusan ini, terlihat perbedaan menyolok antara kedua rumusan sebelumnya dengan rumusan terbaru. Perbedaan tersebut menyangkut struktur definisi terbaru lebih sederhana dan luwes serta tidak ada pemisahan antara konsep teknologi pendidikan dan teknologi instruksional.
Beberapa alasan yang dikemukakan diantaranya :a.    proses evolusi teknologi pendidikan/instruksional dari suatu pergerakan (usaha organisasi tertentu) menjadi bidang garapan dan profesi, dimana definisi 1977 menekankan peran para praktisi, lalu definisi 1994 menekankan bidang teknologi instruksional sebagai suatu bidang garapan sekaligus terapan.
b.    Pengembangan bidang garapan dilakukan melalui kajian teori serta penelitian
c.     Menurut definisi ini, baik proses maupun produk sama pentingnya bagi bidang garapan
d.    Definisi ini erat kaitannya dengan keefektifan dan keefisiensian.
(2). Alasan konsep teknologi instruksional.Dengan usulah hanya rumusan teknologi instruksional, menurut para pakar tadi, berkaitan dengan lingkup yang lebih sempit. Dengan asumsi ini, maka teknologi instruksional dianggap lebih tepat dalam menjabarkan peran teknologi, dan teknologi instruksional dianggap mencakup jenjang pendidikan dari TK sampai dengan SMU, bahkan perguruan tinggi dan termasuk di dalamnya situasi belajar pada program pelatihan.(3). Alasan kelanggengan nama teknologi pendidikan.
Beberapa pihak masih mempertahankan nama teknologi pendidikan. Mereka tetap beranggapan bahw teknologi instruksional sebagai bagian dari teknologi pendidikan. Istilah teknologi pendidikan digunakan agar bidang garapan menjadi lebih luas (AECT 1977, dan Saettler, 1990). Pendidikan sebenarnya bisa diterjemahkan sebagai upaya penyelenggaraan kegiatan belajar di berbagai lingkungan, termasuk di rumah, sekolah, di kantor, atau di mana saja selama masih memungkinkan terjadi. Instruksional bisa dikonotasikan hanya proses belajar di lingkungan sekolah. Perdebatan kedua belah pihak mengenai kedua istilah memiliki alasan cukup kuat.
Teknologi PembelajaranKajiannya teknologi pembelajaran menjadi lebih menarik ketika kita tahu apa yang membedakan antara teknologi pendidikan dengan teknologi pembelajaran. Alangkah baiknya jika kita mengenal terlebih dahulu beberapa definisi teknologi pembelajaran yang dikemukakan beberapa ahli, selain tentu saja yang dikeluarkan AECT. The Commission on Instructional Technology mendefinisikan teknologi pembelajaran dalam dua cara: yaitu 1) sebagai media yang lahir dari hasil revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran misalnya buku teks dan papan tulis. 2) sebagai cara perancangan yang sistematik dalam menyampaikan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar secara total dalam pola tujuan pembelajaran khusus, berdasarkan pada penelitian belajar dan komunikasi manusia, dan juga kombinasi antara sumber belajar manusia dan bukan manusia yang akan membawa pada pembelajaran lebih efektif. Teknologi pembelajaran adalah “sebuah usaha dengan atau tanpa mesin, yang tersedia atau yang dimanfaatkan, untuk memanipulasi lingkungan individu sehingga diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku atau hasil belajar yang lain. (Knezevich & Eye, dalam Anglin 2001)David Engler, orang yang belajar tentang teknologi pembelajaran, mengatakan bahwa IT dibedakan ke dalam dua bagian, “pertama dan yang paling umum, bahwa teknologi pembelajaran diartikan sebagai sebuah perangkat keras- seperti TV, gambar bergerak, audiotape dan disket, buku teks, papan tulis, dll. Kedua dan yang lebih signifikan diartikan sebagai proses yang dilakukan dengan melakukan penelitian tentang ilmu behavioral dalam masalah pembelajaran. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan tentang teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran, memiliki konsep yang berbeda. Penulis definisi tahun 1977 menggambarkan bahwa terdapat hubungan antara teknologi pembelajaran dengan teknologi pendidikan, yaitu pemahaman dan kerangka kerja teori. Teknologi pembelajaran merupakan bagian dari teknologi pendidikan. Contoh dari konsep teknologi pendidikan adalah mencakup ke dalam pemecahan masalah di setiap aspek yang berhubungan dengan masalah belajar manusia. Sedangkan konsep teknologi pembelajaran mencakup pada pemecahan masalah dimana belajar merupakan hal yang memiliki tujuan dan sifatnya terkontrol. Perbedaan lain dari kedua istilah tersebut sedikitnya memiliki dua pengembangan konsep yang kompleks yang juga diambil dari definisi tahun 1977, yaitu :1.    Definisi konsep tahun 1977 tentang teknologi pendidikan disebut sebagai proses, yang digambarkan oleh teknologi pendidikan sebagai teori, atau bidang, atau profesi.
2.    Konsep sistem dimasukkan melalui pernyataan definisi awal di dalam keseluruhan konsep pendukung utama yang dijabarkan secara deskriptif dan preskriptif.

E.    KAWASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
1.    Kawasan Desain
Teori desain jauh lebih maju dibandingkan dengan bidang lain yang mempunyai hubungan erat dengan tradisi praktek dalam membangun landasan pengetahuan. Namun dalam hal penggunaan teknologi, penelitian dan teori desain hampir selalu mengikuti  eksplorasi kaum praktisi mengenai kemampuan perangkat keras atau perangkat lunak yang baru. Terutama pada masa sekarang ini.
2.    Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakhir pada produksi media. Melalui proses bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini kemudian berakibat perubahan dalam kawasan. Selama Perang Dunia II, banyak jenis bahan yang diproduksi untuk pelatihan militer, terutama film (Seattler,1968). Setelah perang, televisi sebagai media yang baru juga digunakan untuk kepentingan pendidikan dan muncul peradaban baru televisi.3.    Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.Pemanfaatan mungkin merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran tertua diantara kawasan-kawasan yang lain, karena pengunaan bahan audiovisual secara teratur mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran yang sistematis. Pada tahun 1923 dana pendidikan visual dalam system persekolahan kota mencakup projector, stereopticons,   persewaan film dan lentera film bingkai (lantern slides). Setelah Perang Dunia II, gerakan pembelajaran audiovisual mengorganisasikan dan mempromosikan penggunaan bahan-bahan audiovisual.
4.    Kawasan Pengelolaan
Konsep pengelolaan merupakan bagian integral dalam bidang Teknologi Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para teknologi pembelajaran. Seorang teknolog pembelajaran mungkin terlibat dalam usaha pengelolaan projek pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media sekolah. Tujuan  yang sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat sangat bervariasi, namun keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relative tetap sama apapun kasusnya.
5.    Kawasan Penilaian
Penilaian dalam pengertian paling luas adalah aktivitas manusia sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas atau kejadian berdasarkan kepada system penilaian tertentu. Pengembangan program pendidikan formal, banyak diantaranya yang didanai oleh pemerintah federal, menuntut perlunya program penilaian yang bersifat formal pula.Dengan perhatian yang lebih terarah pada penilaian formal menjadi jelas bahwa penilaian harus membandingkan hasil dengan tujuan. Jadi lingkup penilaian mencakup penelusuran kebutuhan(need assessment). Kawasan penilaian tumbuh bersamaan dengan berkembangnya bidang penelitian dan metodologi. Keduanya sering berjalan seiring atau bersamaan. Tujuan dari kawasan penilaian sendiri yaitu membantu pengambilan keputusan yang tepat bukannya untuk menguji hipotesa.




F. KESIMPULAN :Melalui pemanfaatan TIK kita dapat meningkatkan kualitas SDM dan IPM, yaitu dengan cara membuka lebar-lebar terhadap akses ilmu pengetahuan dan penyelenggaraan pendidikan bermutu. Teknologi informasi berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan komunikasi serta teknologi yang menunjang terhadap praktik kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berbasis komputer (CBI), pembelajaran berbasis web (E-learning), pembelajaran berbantukan komputer (CAI), pembelajaran berbasis AVA adalah bentuk pemanfaatan TIK yang perlu dilaksanakan dalam dunia pendidikan dewasa ini.Perkembangan TIK telah memberi kontribusi terhadap terjadinya revolusi diberbagai bidang. Eric Ashby (1972) menyatakan bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima. Revolusi pertama, terjadi ketika orang menyerahkan pendidikan anaknya kepada seorang guru. Revolusi kedua, terjadi ketika digunakannya tulisan untuk keperluan pembelajaran. Revolusi ketiga, terjadi ketika diciptakannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan melalui media cetak. Revolusi keempat, terjadi ketika digunakannya perangkat elektronik seperti radio dan televisi untuk pemerataan dan perluasan pendidikan. Revolusi kelima, seperti saat ini, dimanfaatkannya TIK tercanggih khususnya komputer dan internet dalam kegiatan pendidikan.